Senin, 15 Oktober 2012

Friendship, Not Relationship : Telaah (?) Same-Gender Pairing K-pop di Indonesia

Saya Lala, 20 tahun, single, k-poper tapi tidak hardcore. Saya Cassiopeia (fans TVXQ) dan juga suka IU dan MBLAQ. Saat ini saya sedang suka dengan Wonder Girls. Saya mendengarkan sembarang lagu yang saya suka. Lagu-lagu lama Super Junior (No Other, Sorry Sorry, Marry U, Don't Don, etc.), Shinhwa - Venus, 4minute - Heart2Heart dan Volume Up, BigBang - Haru Haru, Lies dan Sunset Glow, dan seterusnya. Saya sering membaca situs-situs berita k-pop dan mengikuti fanpage-fanpage yang ada di facebook.

Tadi saya bilang saya Cassiopeia kan? Sepertinya perlu saya tegaskan bahwa saya adalah Cassiopeia baru, yang masuk kesana dari album Why (Keep Your Head Down), jadi bisa dibilang bahwa saya ini Cassiopeianya Yunho dan Changmin. Eh, mungkin ada yang menolak klaim bahwa saya Cassiopeia, karena Cassiopeia itu lima bintang :). Haha, bukan itu yang mau saya bahas. Itu urusan fandom, bukan pairing. Tapi yah, ada hubungannya juga sih. TVXQ lama, yang lima bintang tadi (padahal bintang yang terlihat oleh mata telanjang di rasi Cassiopeia cuma ada 2), memiliki satu pairing yang populer sekali, yaitu YUNJAE. Yunho - Jaejoong. Meskipun sekarang pairing itu jelas-jelas pecah sih, Yunho tetap ada di TVXQ bersama Changmin oppa saya :p, sedangkan Jaejoong sudah pergi bersama dua orang adiknya Yoochun dan Junsu membangun rumah baru bernama JYJ. Wah, maaf, lagi-lagi malah bahas TVXQ.

Kenapa pairing ini mengganggu saya? Dulu saya tidak terganggu. Karena yang dipairingkan adalah yang tidak berhubungan dengan saya (KyuMin - Kyuhyun Sungmin sih, sedikit, saya pernah jadi Sparkyu). Tapi akhir-akhir ini, di sebuah group page untuk current TVXQ, pairing untuk HoMin -  Yunho Changmin mulai menggejala. Gerah, gerah. Saya muslim, dan sadar dengan sesadar-sadarnya kalau HOMO dan LESBI itu HARAM. Oke, oke, mungkin pairing itu buat lucu-lucuan saja kan, tapi kalau foto yang brotherhood banget dikatakan lovey dovey, kalau adegan berjuang (bergulat) merobek nametag di Running Man dikasih tanda kutip, itu mengganggu sekali. Sangat. Mereka kan kakak adik, brotherhood, dan Changmin itu jelas-jelas my boy :p, kenapa malah dipairingkan sih?

Pairing ini, ada banyak sekali contohnya. YunJae - Yunho Jaejoong, EunHae - Eunhyuk Donghae, JongKey - Jonghyun Key,  KyuMin - Kyuhyun Sungmin. Yang cewek juga ada, tapi saya lupa. Anggota SNSD kalau nggak salah ingat. Tentu saja, artisnya sendiri saya yakin hanya merasa dekat sebagai sahabat. Tapi fansnya itu yang sibuk berfantasi dengan hubungan keduanya. Fantasinya pun sekehendak hati, bisa jadi sangat liar. Pairing paling populer adalah YunJae dan EunHae. Ada banyak halaman shipper mereka, dan tentu saja bukan mendukung mereka sebagai sekedar Friendship, tapi sudah ke Relationship. Foto-foto editan, fanfic, fact yang dicari-cari, seperti itu deh isi halamannya. Nggak penting dan nggak jelas. Wong cowok sama cowok kok dipairingkan. Foto editannya parah-parah pulak, hiiiiii. Porno lagi, hiiiiii. Fanfic-nya yadong lagi, hiiiii. Berarti kan fantasi si penggemar ini memang liar banget ya. Saya benar-benar heran, penggemar itu pasti gemar sama si artis yang dia pairingkan. Tapi kenapa dia bikin itu artis macem-macem sama artis lain yang notabene cowok? Bukankah kalau kita suka pada sesuatu, kita akan menjadi pencemburu dan posesif? Saya dulu misalnya, pas Changmin main di Paradise Ranch sama Lee Yeonhee, saya sempet nggak suka sama ceweknya itu. Tapi seiring berjalannya waktu, saya jadi masa bodoh sama yang begituan. Saya malah suka bikin pairing Changmin sama artis cewek. Saya ChangU - Changmin IU shipper dulu, dan sekarang suka sama ChangBin - Changmin Yubin. Lho, bleber lagi ini tulisan :)

Saya menangkap beberapa hal dari fenomena pairing ini.
1. Penggemar tidak suka artisnya dekat dengan lawan jenis, karena hal itu bisa mematikan khayalan mereka terhadap si artis. Contoh : Lele suka sekali pada Kyuhyun. Saat Kyuhyun ada stage bareng Seohyun, Lele banting piring. "Kyuhyun oppa milikku!". Begitulah
2. Penggemar suka melihat artisnya menjalani kehidupan normal dengan menjalin persahabatan dengan teman sejenis. Contoh : Saya suka sama Kyuline dan 93-line.
3. Penggemar tidak suka artisnya dekat dengan lawan jenis tapi ingin artisnya memiliki romance. Contoh : No to Yunho-BoA, Yes to YunJae
4. Penggemar terbawa suasana brotherhood artisnya yang kental, pengendalian diri si penggemar kurang, jadilah mereka shipper. Contoh : Hubungan HoMin di awal comeback TVXQ itu bromance, lama-lama sekarang jadi romance (huek).
5. Penggemar mengetahui tentang pairing yang sudah ada, kelihatannya asyik, lalu ikut-ikutan. Contoh : banyak. tapi saya belum ketemu langsung.

Beberapa fanpage TVXQ yang saya ikuti itu sebagian besar orang asing, mereka juga yang mencetuskan pairing HoMin itu tadi, ah sial. Oke, mereka orang asing, LGBT bukan lagi isu buat mereka. TAPI DI PAGE-PAGE INDONESIA, KENAPA ISINYA YUNJAE SHIPPER AJA?? Muak saya sama Yunppa, Jaemma terms yang bertebaran. Isssh, Indonesia itu mayoritas muslim kan? Indonesia itu memiliki norma ketimuran kan? Homo itu aneh kan? LALU KENAPA? KENAPA BANYAK SEKALI YANG JADI SAME-GENDER PAIRING SHIPPER? Bahkan satu halaman facebook tentang YunJae itu parah banget, parah banget, foto porno, fanfic yaoi, itu page dari Indonesia, adminnya posting pakai bahasa Indonesia. Saya jadi pusing dengan banyaknya YunJae shipper dari Indonesia ini. Apakah ini berarti homo-homoan sudah dianggap biasa di Indonesia? Kalau digabungkan dengan acara TV yang sering menggunakan LGBT sebagai lucu-lucuan, sepertinya iya. Pantas saja kaum LGBT di Indonesia juga ikutan ngelunjak.

YunJae shipper di Indonesia, saya belum tahu mengenai hal ini terlalu banyak, karena saya memang tidak terlalu peduli sama masa lalu TVXQ. Saya Cassiopeia versi dua bintang. Pertanyaan saya hanyalah, masuk di kategori mana para YunJae shipper di Indonesia? Kalau masuk kategori 5, yang hanya ikut-ikutan, itu menyedihkan sekali. Apalagi kalau sampai tahap berfantasi yang aneh-aneh, lebih menyedihkan lagi. Masalah homo itu bukan main-main. Itu sudah jelas dilaknat. Saya bukan orang yang suci dan alim, saya juga k-poper, tapi tetap saja ada hal-hal yang tidak boleh terlanggar, ada batasan yang membedakan kita dari k-poper bukan muslim yang ada di luar sana.



sekedar tambahan opini : http://seoulbeats.com/2011/12/the-dangers-of-shipping/

TVXQ - Catch Me (Indonesian Cover Lyrics)


Catch Me, Girl!
Catch Me Now!
(Catch Me if you wanna)

Tak pernah kau buka hatimu untukku, tak sekalipun
Aku seperti melihat dinding, padamu, apa kau tahu?

Kau di depanku namun ku merasa sepi tonight, tonight
Aku menunggumu tapi tak berguna, kau 'kan kutinggalkan

Katakan "tolong jangan pergi" kepadaku
Kau bodoh, 'ku hanya melihatmu
hanya dirimu

Baby, catch me, catch me
catch me, girl, tonight
sebelum diriku pergi (I'm serious, I'm serious)
Jika saja kau tak lepaskan aku, menangis dan menahanku
(I'm serious, I'm serious)

Oh, apakah diriku juga ada dalam hatimu, aku ingin tahu
Sebelum diriku terlalu lelah, katakan, katakan, jawablah

Waktu kan mengikatmu tepat di sini, jangan lepaskanku,
kau akan menyesal, tolong hentikan sikap-sikap bodohmu

Katakan "tolong jangan pergi" kepadaku
Kau bodoh, 'ku hanya melihatmu
hanya dirimu

Untuk sekejap, di dalam pikiranku, penuh kenangan yang indah itu
Jangan lupa takkan ada orang lain yang menunggumu sepertiku

Mohon padaku "Jangan tinggalkan aku", aku 'kan mendengarnya, dan akan menunggu dirimu
Kamu lamban dan ku slalu memandangmu, tolong rubah pikiranmu - why?
Mohon padaku "Jangan tinggalkan aku", aku 'kan mendengarnya, dan akan menunggu dirimu
Bodoh, mengapa aku mencintaimu? hanya kau yang aku punya - why?

Katakan "tolong jangan pergi" kepadaku
Kau bodoh, 'ku hanya melihatmu
hanya dirimu

Baby, catch me, catch me
catch me, girl, tonight
sebelum diriku pergi (I'm serious, I'm serious)
Jika saja kau tak lepaskan aku, menangis dan menahanku
(I'm serious, I'm serious)

(Catch me, if you wanna)


based on English translation by pop!gasa and Indonesian translation by me
Indonesian Cover lyrics by me
bisa coba dinyanyikan dengan musiknya Catch Me, menurut saya sudah cukup pas.

sampel : http://youtu.be/ABdJb6oCZoA
MV

Senin, 01 Oktober 2012

No Other / episode 4


Pagi ini cerah. Jieun sedang sibuk di dapur, membuat sup kimchi untuk sarapan pagi. Sungmin membersihkan rumput di halaman depan. Setelah pulang dari wajib militer, dia memilih pekerjaan sebagai translator di sebuah penerbitan. Sungmin dulu kuliah di jurusan Yeongmunhak, English Language and Literature, sedangkan Yunho di jurusan Hukum. Berbeda dengan Yunho yang memilih mencari pekerjaan setelah lulus kuliah, Sungmin justru langsung memenuhi kewajibannya untuk wajib militer. Itulah kenapa Changmin sering berada di rumah itu, untuk menjaga Jieun. Apalagi saat itu hubungan Yunho dan Sungmin memburuk karena masalah Aeri, dan Yunho memutuskan untuk meninggalkan rumah dan mencari pekerjaan. Sungmin tahu persis hubungan Changmin dengan keluarga Jung yang lain, sehingga dia meminta Changmin untuk menjaga Jieun selama dia mengikuti wajib militer. Sungmin berangkat tepat setelah Jieun masuk SMA.
"Hyung, annyeong haseyo! Cerah sekali hari ini sepertinya," Changmin tiba-tiba muncul di pintu pagar. Sungmin mendongak dan tersenyum.
"Pekerjaanku baru saja selesai kemarin. Hari ini jadwalnya terima honor."
"Aigoo, pantas saja wajah hyung cerah ceria seperti itu." Changmin menghampiri Sungmin, berjongkok di sebelahnya dan ikut menyiangi rumput.
"Kau sendiri, wajahmu cerah begitu. Dahaengiya?"
"Aku lulus pendadaran kemarin hyung. Hari ini aku akan mengurus wisuda."
"Jinjja?? Cukhahaeyo, Changmin-a! Ya, kita harus merayakan ini! Jieun-a! Jieun-a!" Sungmin berdiri dan berseru pada adiknya di dalam.
"Aissh, oppa ini berisik saja pagi-pagi! Ada apa??" Jieun keluar dari rumah dengan tergesa. Dia sedikit salah tingkah melihat Changmin di sana.
"Dengar, oppamu ini sudah lulus kuliah! Lulus! Ayo beri selamat!"
"Woa, cukhahamnida, Changmin oppa! Daebak! Aissh, aku juga ingin cepat lulus!" Jieun sejenak lupa akan perasaan aneh diantara mereka berdua dan menghampiri Changmin dengan gembira. Changmin tersenyum lebar. Keluarga Lee memang orang-orang yang baik.
"Ayo kita sarapan oppa, untuk merayakan kelulusan Changmin oppa. Aku tadi memasak samgyetang," Jieun dengan bersemangat mengajak oppadeulnya sarapan. Mereka bertiga masuk ke dalam rumah.
-----------
Yunho memandang keluar jendela pesawat. Di sampingnya, Aeri memandang Yunho dengan perasaan campuraduk.
"Oppa, bagaimana kita menghadapi Sooyeon ssi nanti?" tanya Aeri.
"Ini hidupku, Aeri-ya. Aku sudah dewasa. aku punya pekerjaan, bukan lagi seseorang yang bergantung pada orangtua."
"Dimana oppa bekerja? Ceritalah apa yang telah oppa alami selama dua tahun ini. Kita memiliki lubang besar yang harus diisi sedikit demi sedikit."
"Kau dulu, ceritalah."
"Aku ke Jeju begitu lulus dari kedokteran. Aku bahkan belum mengambil pendidikan profesiku. Han Seungho adalah adik ayahku. Kau pasti tidak percaya kalau aku bilang aku lulus dengan susah payah, oppa. Nilaiku tidak begitu tinggi. Ayahku sedih melihatku seperti itu, sehingga beliau memutuskan untuk mengirimku ke Jeju untuk menenangkan diri. Awalnya aku masih suka menangis dan melamun, sampai Seungho samchon mengajakku ke CCC. Aku melihat orang-orang tua yang menjalani hidup dengan penuh semangat meski tubuhnya sudah tidak kuat lagi. Aku sangat malu pada diriku sendiri, dan aku memutuskan untuk membantu mereka menjalani kehidupan dengan kekuatan yang masih kumiliki."
Yunho memandang kekasihnya itu dengan penuh kasih, dan merasa bersalah. Dia mengelus rambut Aeri pelan.
"Jeongmal mianhaeyo, Aeri-ya. Sampai di Seoul, kamu harus mengambil pendidikan profesimu, ara? Kita akan menjadi pasangan advokat dan dokter yang hebat."
"Bagaimana dengan oppa? Apa yang terjadi selama dua tahun ini?"
"Setelah lulus, aku mencari pekerjaan. Aku diterima di firma hukum Han, tapi aku harus mengikuti training di Busan selama 1,5 tahun. Aku mulai bekerja di firma hukum Han cabang Seoul dua bulan yang lalu."
"Firma hukum Han? Jinjja? Itu firma hukum yang sangat terkenal kan?"
"Aku juga sangat bersyukur bisa diterima di sana. Aku sudah menerima gaji satu kali, dan semuanya kugunakan untuk pergi ke Jeju menjemputmu."
Wajah Aeri memerah. Dia memukul lengan Yunho.
"Tidak ada yang menyuruhmu menjemputku kan? Kerja saja sana terus, nappeuneum!"
"Aigoo, kamu pintar memaki sekarang. Apa kakek-kakek itu mengajarimu memaki?"
"Shikkeuro! Jinjja. Lalu bagaimana dengan Sungmin? Oppa sudah berbaikan dengannya kan?"
Yunho menggeleng. Aeri memandang Yunho tajam.
"Wae? Sungmin tidak bersalah kan?"
"Aku malu menyapanya. Sudah dua tahun kami tidak kontak, Aeri-ya."
"Pulang nanti, kita akan langsung ke rumah Sungmin." putus Aeri, sepihak. Dia tidak peduli pada Yunho yang memandangnya memelas, malah memalingkan wajah dan memejamkan mata. Yunho memandang keluar jendela lagi, menghela nafas panjang.
-----------
Shim Sooyoung sedang menyirami kebun bunga di halaman samping rumah rehabilitasi jiwa. Dia terlihat segar, sama sekali tidak terlihat kalau 13 tahun yang lalu dia masuk ke tempat ini sebagai pasien. Sejak lima tahun yang lalu, Sooyoung berubah status menjadi volunteer. Dia membantu pekerjaan petugas di sana dan tinggal di sana, mendapatkan jatah makan dan sedikit uang bulanan. Sooyoung menolak untuk tinggal bersama keluarga Jung. Changmin berkali-kali mengajak ibunya itu untuk menyewa rumah, tapi Sooyoung menolak. Dia ingin Changmin hidup layak, setidaknya sampai lulus kuliah. Dia tidak ingin Changmin putus sekolah dan hanya bekerja untuknya, padahal sebenarnya Changmin telah bekerja sambilan sejak masuk SMA. Changmin bekerja di sebuah rumah makan sebagai tukang cuci piring. Dia bekerja dari jam 3 sore sampai jam 9 malam. Tidak ada yang tahu tentang hal ini. Changmin juga memiliki bisnis online bersama Im Kyungsoo, sahabatnya, menjual desain. Desain web, kaos, apapun, sesuai order dari pelanggan.
"Eomeoni," sapa Changmin pelan. Sooyoung menoleh, melihat Changmin berdiri sambil tersenyum-senyum.
"Wae? Mwoya? Dahaengiya?" Sooyoung sangat pandai membaca wajah putranya. Changmin mengangguk.
"Aku lulus, Eomeoni! Luluuus! Lihat lihat, nilaiku cumlaude!" kata Changmin sambil menunjukkan surat keterangan pada ibunya. Wajah Sooyoung berubah cerah, dia memeluk putranya itu.
"Aaa, cukhahae, Changmin-a. Aigoo, uri Changmin daebak! Daebak!" Sooyoung mencium pipi Changmin dengan sayang. Changmin tertawa bahagia.
"Minggu depan, eomoni harus datang di wisudaku ya! Kita perlu membeli hanbok baru untuk eomeoni."
"Tentu saja. Siapa lagi yang akan kau undang?"
"Yunho hyung, Sungmin hyung, Jieun...."
"Samchon? Imo? Soojung?"
"Untuk apa? Untuk mengacau lagi?" kata Changmin pedas. Sooyoung memandang putranya dengan prihatin.
"Sudahlah Changmin, bagaimanapun mereka telah merawatmu selama ini. Hargailah mereka."
"Eomeoni tidak usah menyuruhku berbuat baik. Eomeoni sendiri memilih tinggal di sini karena tidak mau berhubungan dengan mereka kan?"
"Geumanhae. Eomeoni cuma tidak ingin merepotkan pamanmu lebih lagi. Kau yang tinggal bersama mereka seharusnya...."
"Mereka tidak pernah merawatku, eomeoni. Tidak sekalipun. Sooyeon ssi selalu mengungkit-ungkit apa yang telah mereka berikan pada kita. Aku tidak tahan lagi. Eomeoni, secepatnya, kita akan pindah ke tempat baru, eo? Kita akan tinggal berdua, aku akan bekerja, dan eomeoni akan beristirahat dengan nyaman di rumah. Ne? Ne?"
"Darimana kita punya uang untuk menyewa tempat tinggal? Eomeoni cuma punya sedikit uang dari hasil membantu di sini."
"Aku punya, eomeoni. Setidaknya untuk tahun pertama. Aku telah memakai sebagian uangku untuk membayar hutang pada keluarga Jung."
"Hutang?? Hutang apa?"
"Semua biaya yang telah dikeluarkan keluarga Jung untuk membiayai kita."
"Biaya...astaga kau keterlaluan sekali! Bagaimana bisa...."
"Jung Sooyeon selalu mengungkit itu di depanku. Mana bisa aku hidup tenang, eomeoni? Aku muak mendengarnya!" mata Changmin berkaca-kaca. Sooyoung memandang putranya dengan sayang, lalu mengembangkan lengannya. Changmin ragu sejenak, tapi akhirnya dia tersuruk di pelukan ibunya.
"Putraku, putraku sayang, kamu banyak menderita... Maafkan eomeoni yang tidak bisa menanggungnya bersamamu..." Sooyoung mengelus rambut Changmin. Setitik airmata jatuh di pipi Changmin. Pemuda itu merasakan betapa kurus ibunya itu.
"Aku akan selalu melindungi eomeoni, menjaga eomeoni dan merawat eomeoni. Bagaimana kalau besok kita melihat calon rumah kita?" kata Changmin setelah melepas pelukan ibunya. Sooyoung mengangguk dan tersenyum.
"Gomo, annyeong haseyo!" Yunho tiba-tiba muncul, bersama Aeri.
"Hyung! Noona!" kata Changmin terkejut. Sooyoung membelalakkan mata, tapi segera mengembangkan lengannya begitu Yunho menghampirinya."Uri Yunho, bogosipeo...." bisik Sooyoung. Yunho memeluk erat gomo-nya itu."Nado, gomo... Nado bogosipeoyo..."
Changmin dan Aeri memandang mereka berdua dengan haru. Changmin segera mengalihkan pandangan pada Aeri, menanyakan kabarnya.
"Kami akan ke tempat Sungmin. Dua sahabat baik yang terlalu laa bertengkar bukan sesuatu yang baik kan?" kata Aeri. Yunho meliriknya. Lalu kembali memandang Sooyoung."Bagaimana kabar gomo? Aku baru saja pulang dari Jeju untuk menjemput Aeri."
"Jinjja? Jadi kalian sudah berbaikan? Dahaeingida... Haengbokhae?" mata Sooyoung berbinar."Neomu haengbokhaeyo, gomo. Kami...kami akan segera merencanakan pernikahan." kata Yunho."Jinjja, hyung? Bagaimana...dengan woesamchon dan imo?" sela Changmin. Wajahnya khawatir.
"Aku sudah bekerja. Aku tidak ingin Aeri pergi lagi dariku. Apa gomo dan Changmin mau mendukungku?" pinta Yunho penuh harap. Changmin dan ibunya berpandangan. Jelas sekali, mereka khawatir."Bisakah hal ini dibicarakan lebih baik? Kalian tidak akan menikah besok kan?" tanya Sooyoung, sedikit mencairkan suasana tegang."Tidak, Sooyoung-ssi. Aku masih harus bertemu dengan orangtuaku. Dan oppa juga ngotot untuk menyuruhku mendaftar kuliah profesi tahun ini. Mungkin kami...akan mempersiapkan pernikahan kami dengan matang untuk 6 bulan lagi." jelas Aeri.
"Kalian sudah dewasa. Orangtua sepertiku hanya akan menjadi beban kalian saja. Apapun yang kalian pilih, ingatlah bahwa hal itu adalah pilihan kalian sendiri, jadi jangan pernah berpikir untuk berbalik dan melarikan diri ketika di tengah jalan terasa berat. Karena itu setiap pilihan yang kalian ambil harus dilihat segala sisi baik dan buruknya. Eomeoni, gomo, ajumma, hanya bisa mendukung dan mendoakan kalian..." kata Sooyoung lirih.
Yunho yang masih berada di samping gomonya itu segera memeluknya lagi, sedangkan Changmin ikut menghambur ke pelukan ibunya. Aeri memandang mereka bertiga dengan haru.
-----------
Sungmin membuka pintu rumahnya. Yunho berdiri di sana, bersama Aeri. Tanpa berkata apa-apa, dua sahabat itu segera berpelukan."Yunho-ya, bogoshipda..." bisik Sungmin. "Jeongmal mianhaeyo, Sungmin-a. Mianhae. Mianhae." balas Yunho. Sungmin menepuk-nepuk punggung sahabat lamanya itu.
"Gwaenchana. Selama kau bahagia, sahabatku..."
Aeri, lagi-lagi, hanya bisa memandang mereka dengan haru.
-----------
Tiga hari setelah kedatangan Yunho dari Jeju, Changmin mengemasi barang-barangnya di rumah keluarga Jung. Yunho memandangnya dari pintu kamar.
"Kau yakin?""Ne, hyung."
"Gomo akan kau jaga dengan baik kan?"
Changmin melihat Yunho dengan pandangan terganggu. Yunho tertawa.
"Uri dongsaeng, kau sudah besar sekali. Sudah lebih tinggi dariku. Kenapa kamu sekarang tidak menangis lagi? Menangislah. Kau akan berpisah denganku kan?"
"Hyung, apakah tinggal di kota yang sama bisa dikatakan berpisah? Yang benar saja!"
Saudara sepupu itu tertawa. Mereka tidak menyadari Soojung ada di belakang Yunho.
"Oppa..." kata Soojung pelan. Yunho menoleh, kaget.
"Ah, Soojung-a, ada apa?"
"Apa Changmin oppa akan pergi hari ini? Kenapa tidak berpamitan kepada kami?" wajah Soojung tampak sedih. Yunho memandang Changmin, lalu merangkul Soojung, adiknya semata wayang itu.
"Apa Soojung merasa pernah melakukan hal jahat pada Changmin oppa dan Sooyoung gomo?" tanya Yunho lembut. Soojung memandang oppanya itu, lalu mengangguk.
"Soojung sering membuat Changmin oppa dimarahi oleh eomma. Soojung tidak senang kalau Sooyoung-ssi tinggal di rumah kita, padahal Sooyoung-ssi tidak punya rumah, seperti Changmin oppa." kata Soojung takut-takut.
Hati Changmin sedikit tergetar, ternyata putri keluarga Jung ini masih memiliki nurani yang bersih. Ibunyalah yang mencontohkan banyak hal buruk padanya. Changmin menghampiri Soojung dan mengusap rambutnya.
"Jadilah anak yang baik, Soojung. Punya banyak teman, suka membantu, maka akan ada seorang namja baik yang menyukaimu. Arasseo?" kata Changmin lembut. Nada yang belum pernah didengar Soojung selama ini. Soojung mengangkat kepalanya, mengangguk dengan semangat pada Changmin."Arasseo, oppa. Sooojung akan jadi anak baik. Oppa tidak jadi pergi kan?" tanya Soojung penuh harap. Changmin menghela nafas, lalu masuk ke kamar untuk mengambil koper dan sebuah kardus. Dia sudah selesai berkemas. Barangnya memang sedikit.
"Oppa tetap akan pergi. Nanti oppa akan menghubungi kalian. Mainlah ke rumah hyung, Soojung. Eomeoni pasti senang." kata Changmin. Dia menepuk bahu Yunho dan kepala Soojung. Soojung mulai terisak. Yunho merangkul adiknya itu. Changmin tersenyum, lalu dia meninggalkan rumah keluarga Jung. Tanpa disadari oleh siapapun, Jung Sooman mendengarkan mereka bertiga. Airmatanya menitik."Mianhae, Sooyoung-a. Aku telah membuatmu dan putramu menderita. Mianhae, jeongmal mianhae...."
-----------
Jieun sedang menyiram tanaman di halaman. Dia membelakangi jalan, menyanyikan "Good Day" sambil menyiram rumpun bunga.
"Naneunyo, oppaga, joheungeol........" Jieun berbalik, dan dia melihat Changmin lewat sambil membawa koper dan kardus. Mata Jieun melotot.
"Eotteohke???? Oppa, Changmin oppa!" seru Jieun. Dia berlari ke keran, bergegas mematikan air, lalu menyusul Changmin. Sungmin yang sedang bekerja di ruang tamu, mengerjakan terjemahan, tersentak mendengar seruan Jieun dan suara langkahnya yang berlari.
"Jieun-a?"
Jieun berhasil mengejar Changmin. Dia menahan bagian belakang jaket Changmin. Changmin menoleh.
"Oppa, eodilkka? Pergi kemana?" tanyanya sambil terengah-engah.
"Aku sudah menyewa tempat untukku dan ibuku. Aku pindah hari ini, tapi eomeoni belum. Ah, aku masih akan ke tempatmu kok. Kalian harus datang di wisudaku minggu depan."
"Bukan itu masalahnya! Kau jahat sekali oppa, tidak berpamitan pada kami saat kau pergi dari rumah itu. Apa kami tidak berarti? Apa kami bukan siapa-siapa untuk oppa?""Jieun-a...."
"Miwo!! Changmin oppa nappeuneum!" Jieun tiba-tiba menangis. Changmin bingung, dia menurunkan kardus yang dibawanya.
"Eii, uljima! Aissh, wae, kenapa menangis, aigoo, uljima!" Changmin benar-benar bingung. Dengan canggung dia mengusap pipi Jieun.
"Oppa benar-benar tidak mengerti perasaanku! Sudah bilang akan membangun istana untukku, sekarang dengan mudahnya meninggalkanku!" Jieun masih terus menangis. Changmin tertegun.
"Apa kau benar-benar berpikir aku akan meninggalkanmu?" tanya Changmin. Jieun mendongak mendengar suara Changmin yang terdengar sedih.
"Saranghae, Jieun-a. Apa kamu pikir aku akan bisa meninggalkanmu?"Jieun terbelalak. Bibirnya bergetar.
"Nado....."
"Jieun-a," suara Sungmin terdengar dari belakang mereka berdua.
Changmin dan Jieun menoleh, menjumpai wajah Sungmin yang keruh. Sungmin mendengar semuanya. Karena dia menyusul Jieun yang berlari mengejar Changmin.
"Ayo pulang." wajah Sungmin benar-benar menakutkan. Dia menghampiri Changmin dan Jieun yang masih terpaku dan menarik tangan Jieun.
"Kita pulang." Sungmin berjalan sambil tetap menarik tangan Jieun.
"Oppa!"
"Hyung!"
Sungmin berhenti. Dia menoleh pada Changmin.
"Selamat jalan. Salam untuk Sooyoung-ssi."

*bersambung*

No Other / episode 3


Gadis kecil itu menangis sendirian di taman. Di depannya, ada sebuah istana pasir yang telah rusak, dengan bekas injakan di sana sini. Seorang remaja memandangnya sedih. Remaja itu menghampiri gadis kecil itu.
"Jieun-a, uljima..." katanya sambil mengelus rambut gadis kecil itu.
"Changmin oppa...." gumam Jieun.
"Kenapa kau menangis saja? Katanya kau senang bermain di sini."
"Anak-anak itu...merusak istana pasirku. Mereka bilang, istana ini jelek dan mengganggu pemandangan. Huuuu..." Jieun kembali terisak. Changmin terdiam. Kemudian dia menghampiri istana rusak itu dan mulai membuat istana pasir baru.
"Oppa?" tanya Jieun penasaran. Changmin memandang Jieun sambil tersenyum. "Akan kubuatkan istana baru untukmu. Yang sangat bagus, supaya orang lain iri padamu tapi tidak berani merusaknya."
Mata Jieun membulat. Dia tiba-tiba berhenti menangis dan menghampiri Changmin. Tangan Jieun menggenggam pasir.
"Bolehkah...aku ikut membuatnya?"
"Hahaha, tentu saja! Ini kan istana untukmu! Ayo, buat kamarmu sendiri di sebelah sini!"
Tak lama kemudian keduanya sudah asyik membuat istana pasir. Lebih besar dan lebih bagus dari yang biasa dibuat Jieun sendiri. Gadis kecil itu tertawa lebar.
"Oppa, kalau sudah besar, aku akan tinggal bersamamu di istana ini!"
Gadis kecil berumur 10 tahun itu berkata dengan polosnya. Dia tidak tahu, kalimatnya itu telah membuat seorang remaja berumur 15 tahun terkesiap dan memerah wajahnya.

Yunho memandang jauh keluar jendela pesawat. Gedung-gedung telah berganti menjadi lautan. Sesekali bayangan awan terlewati, meniupkan dingin pada hati Yunho.
Akhirnya. Sebuah keputusan. Mengambil kembali Han Aeri. Melawan keegoisannya.
"....Aku juga baru tahu ada orang bodoh yang sama sekali tidak bisa berpikir jernih dan malah membuang orang-orang yang mencintainya."
Kata-kata Changmin itu benar-benar membuatnya tidak bisa tidur beberapa hari. Dia terus berpikir, merenung, dan menemukan bahwa satu-satunya yeoja yang ada di hatinya hanyalah Han Aeri. Bahkan waktu tidak bisa mengubah hal ini. Kerinduan yang ditekannya kuat-kuat selama ini telah mencapai batasnya. Bukan waktu yang singkat yang terentang di antara mereka, dan Yunho sebenarnya tidak yakin apakah Aeri masih menyediakan ruang untuknya. Tapi Yunho tidak ingin membohongi perasaannya lagi.
"Anda ingin minum, tuan?" seorang pramugari menyadarkan Yunho dari lamunan.
"Animnida, gomapseumnida..."
Pramugari itu menggangguk pelan, lalu menanyai orang di depan Yunho. Yunho memandang jam tangannya. Setengah jam lagi mereka mendarat. Dia merogoh saku celananya, mengeluarkan selembar kertas.
Han Aeri, d/a Han Seungho
13 Dongburo, Seogwipo-si, Jeju-do
Itu tulisan tangan Changmin. Saat Yunho memandangi koper di kamarnya, Changmin datang dan menyodorkan kertas itu. Yunho, saat itu, hanya menatapnya dengan hampa. Changmin menganggukkan kepala. Yunho tersenyum samar, lalu mengambil kertas itu dari tangan Changmin.
"Para penumpang, harap kencangkan sabuk pengaman anda. Kita akan segera mendarat."
Pesawat itu mendarat di Bandara Internasional Jeju. Yunho bergegas ke bagian informasi bandara begitu tiba.
"Bagaimana saya bisa ke Seogwipo?"
---------
Changmin sedang mengobrol dengan Sungmin di halaman belakang rumah Sungmin. Sungmin adalah yang memberikan alamat Aeri kepada Changmin.
"Hyung, kenapa hyung masih saja membantu Yunho hyung dan Aeri nuna? Padahal, yah, semua orang tahu apa yang terjadi di antara kalian...."
"Mereka berdua tidak bersalah. Kadang yang menghalangi cinta bukanlah orang lain, tapi diri mereka sendiri. Mereka merasa hanya diri mereka sendiri yang menderita, padahal sebenarnya mereka berdua sama-sama menderita. sama-sama menahan perasaan. Seharusnya mereka menguatkan diri karena kau tahu sendiri bagaimana Sooyeon ssi menolak mereka. Tapi ternyata mereka justru terpisah karena ego mereka sendiri."
"Hyung sepertinya ahli sekali mengenai hal ini. Apa hyung sudah sangat berpengalaman?" goda Changmin. Sungmin tersenyum.
"Aku sedang menunggu seseorang, Changmin-a."
"Jinjja? Siapa hyung?"
"Seseorang yang sedang pergi jauh. Di Afrika sana. Dia sedang volunteering. Choi Harin."
"Geurae. Lalu, setelah ini, bagaimana hyung dan Yunho hyung? Kalian akan berbaikan kan?"
"Entahlah. Semuanya tergantung Yunho. Aku sama sekali tidak pernah berpikir buruk tentang dia. Dia yang berpikir buruk tentang aku. Ah, bagaimana skripsimu?"
"Dua minggu lagi ujian skripsi."
"Baguslah. Cepat juga. Apa kamu memiliki seseorang yang selalu menyemangatimu?"
Muka Changmin memerah. Dia ragu untuk menjawab.
"Nah, sekarang kau malu-malu. Siapa? Seperti apa orangnya?"
"Dia, orang yang sangat bersemangat dan selalu tersenyum. Dia selalu ada di sampingku, berjanji untuk terus bersamaku. Dia memiliki senyum yang paling indah, seperti senyuman malaikat." jawab Changmin.
"Hahahaha, ada ya orang seperti itu di dunia ini? Harin juga cantik, tapi aku tidak pernah merasa senyumnya seperti malaikat."
Di balik pintu, Jieun mendengar semua yang dikatakan Changmin. Pipinya memanas.
"Ah, kenapa Jieun lama sekali membawa tehnya?? Jieun-a!!' seru Sungmin. Changmin salah tingkah mendengar Sungmin memanggil Jieun. Jieun muncul sambil membawa nampan. Dia juga terlihat berusaha tenang, dan tidak berkata sepatah katapun. Sungmin sebenarnya merasa sedikit aneh, tapi dia diam saja. Biasanya, dua dongsaengnya itu bercanda tak kenal tempat.
---------
Yunho berhenti berjalan di depan sebuah rumah tingkat dua. Ada tulisan Han Seungho di pagarnya. Yunho mengambil nafas dalam-dalam, lalu memencet bel. Seorang pria setengah baya keluar dari rumah itu dan membuka pintu pagar.
"Nuguseyo?"
"Naega Yunho, Jung Yunho imnida. Apa...Han Aeri tinggal di sini?"
Pria setengah baya itu melihat Yunho dengan penuh selidik. Dahinya sedikit berkerut, seperti mengingat-ingat sesuatu.
"Ne, dia tinggal di sini."
Mata Yunho berbinar. Dia menahan perasaannya yang hendak meluap.
"Bisakah...saya bertemu dengan Aeri?"
"Dia sedang keluar. Dia ada di Community Center di dekat sini. Kau mau kesana?"
"Ne! Gamsahamnida! Apa anda Seungho ssi?"
"Benar. Baiklah, aku akan membuatkan denahnya. Apa kau punya pulpen dan kertas?" Yunho sigap menyodorkan barang yang diminta ajussi itu. Ajussi itu menggambar dengan cepat, lalu menyodorkannya pada Yunho.
"Kau bilang tadi, namamu Yunho?"
"Ne."
"Jangan membuatnya menangis lagi." kata ajussi itu. Lalu dia berballik dan masuk ke rumah. Yunho termangu sejenak.
"Aku tidak akan membuatnya menangis lagi. Tidak akan. Yaksok."
Community Center yang dimaksud paman itu berjarak sekitar 5 blok dari rumah itu. Yunho berjalan kaki sambil menarik kopernya. Seogwipo merupakan kota terbesar kedua di provinsi Jeju, setelah Jeju City. Tapi Yunho tidak menemui banyak kendaraan yang lewat. Mungkin karena ajussi itu memberikan petunjuk jalan-jalan yang tidak besar.
Cheonsadeul Community Center. Yunho berhenti di depan gedung bertingkat tiga itu. Jantungnya berdegup kencang. Yunho menghela nafas panjang, lalu melangkah memasuki gedung itu. Resepsionis di lantai satu menyapa Yunho ramah.
"Ada yang bisa saya bantu?"
"Saya Jung Yunho. Apa saya bisa bertemu dengan Han Aeri?"
"Han Aeri ssi ada di bagian perawatan manula, lantai dua. Apa anda sudah ada janji?"
"Tidak, tapi saya jauh-jauh datang dari Seoul untuk menemuinya. Dia.....teman lama saya."
"Baiklah, silakan anda naik. Liftnya di sebelah sana."
"Gamsahamnida."
------------
Changmin sedang sibuk merevisi skripsinya di kamar. Jam makan malam sudah lewat satu jam. Entah kenapa, makanan sekarang bisa terkesampingkan dengan mudah demi skripsinya. Tekad Changmin sudah bulat : lulus kemudian pergi dari rumah ini. Tabungan Changmin dari hasil kerja sambilan sudah cukup untuk menyewa rumah, tepatnya kamar sederhana selama setahun. Im Kyungsoo, salah satu temannya yang juga sedang skripsi menawarkan kamarnya yang akan ditinggalkan setelah lulus nanti. Changmin sudah berbicara dengan ibunya dan Sooyoung sangat senang mendengarnya. Apalagi, Soojung menghindarinya setelah mereka bertemu di sekolah itu. Tentu saja Sooyeon pun menjadi memiliki alasan yang lebih untuk memusuhi Changmin.
"Anak tidak tahu diri sepertimu lebih baik tidak pernah masuk ke kehidupan kami. Kau mengacaukan semuanya! Kamu dan ibumu yang tidak waras itu. Hah, kenapa suamiku itu mau saja menampungmu dan membiayai kalian!" itu kata-kata Sooyeon lima hari yang lalu saat Changmin mengambil minuman di dapur.
Changmin menatap Sooyeon tajam. Changmin beranjak, mengambil sebuah buku dan amplop di kamarnya, lalu kembali ke dapur. Dia meletakkan amplop dan buku itu di meja.
"Nyonya Jung yang terhormat, saya sama sekali tidak akan melupakan apa yang telah anda dan keluarga anda berikan pada saya dan ibu saya. Saya berterimakasih atas itu semua. Dan saya bukan orang yang tidak punya harga diri untuk menerima semua itu dengan cuma-cuma. Buku itu, memuat semua biaya yang telah anda keluarkan untuk merawat saya dan ibu saya selama ini. Sangat banyak, saya tidak akan bisa melunasinya sekarang, tapi saya memberikan separuh dari jumlah itu saat ini. Dan ingat, selama ini saya kuliah dengan beasiswa pemerintah, bukan dengan biaya dari suami anda. Mulai besok, tidak perlu mengeluarkan sepeserpun untuk saya dan ibu saya. Kami punya tangan dan kaki sendiri. Tolong katakan itu pada suami anda juga."
Changmin masuk ke kamarnya tanpa menunggu jawaban Sooyeon. Dia sebenarnya merasa tidak pantas bersikap seperti itu pada orang yang lebih tua, tapi kata-kata Sooyeon benar-benar melukai perasaannya. Dia laki-laki, dan harus bisa melindungi ibunya dengan tangannya sendiri. Changmin tidak meragukan kasih sayang Jung Sooman pada ibunya, tapi pamannya itulah penyebab ayahnya meninggalkan ibunya. Changmin tahu kalau yang meneror ayahnya dan keluarga ayahnya dulu adalah keluarga Jung, dan pamannya itu adalah yang paling keras menentang pernikahan ibu dan ayah Changmin. Changmin tidak tahu dimana ayahnya berada sekarang. Menghilangnya Shim Changryul, ayah Changmin, adalah puncak dari kekacauan keluarga itu. Sooyoung terganggu kejiwaannya, meski dia selalu berbisik pada Changmin, "Ayahmu akan kembali suatu hari nanti, sayang."
Suara ketukan pintu menyadarkan Changmin dari lamunannya. Jung Sooman berdiri di pintu dengan wajah cemas.
"Apa kamu tahu kemana Yunho pergi? Dia tidak pulang sejak kemarin sore. Dia juga tidak menjawab teleponnya. Kopernya juga tidak ada."
"Entahlah, samchon. Sepertinya dia mencari cintanya yang hilang."
Mata Sooman membesar mendengar jawaban Changmin yang dingin. Dia masuk dan mencengkeram kerah baju Changmin.
"Kau tahu kemana dia pergi kan? Dia mencari Aeri? Kemana? Kemana??"
Changmin menatap pamannya itu tajam. Kerut di sekitar mata dan bibirnya menunjukkan umurnya yang hampir mencapai setengah abad. Dia pria tua yang letih dengan kehidupan. Mendadak Changmin merasa kasihan pada pamannya itu.
"Memangnya apa yang akan paman lakukan bila tahu kemana hyung pergi? Dia menyusul Aeri nuna ke tempat yang jauh, aku tidak yakin paman akan bisa menyusul mereka.""Eodi? Eodisseo??""Tunggu saja dia pulang, samchon. Siapkan diri samchon, juga istri samchon. Jung Yunho adalah seorang namja, dan dia memiliki hal berharga yang tidak bisa direnggut begitu saja."
"Neo, jinjja...." Jung Sooman mengencangkan cengkeramannya di kerah Changmin.
"Geumanhaeyo, samchon. Sebelum hal yang lebih buruk terjadi pada keluarga ini, lebih baik samchon menjalani hidup yang baik dan menanggalkan berbagai tambalan yang samchon pakai.""Wae! Kenapa kamu mengatakan hal yang sama seperti ayah sialanmu itu?? Tambalan apa? Aku selalu memberikan yang terbaik untuk keluargaku!! Orang luar seperti kamu tidak usah ikut campur!""Kalau begitu lepaskan tangan samchon. Saya hanya orang luar, tidak perlu ditanggapi seserius ini."
Jung Sooman melepaskan cengkeramannya. Dia berjalan keluar kamar Changmin dengan sedikit terhuyung. Changmin sedikit trenyuh. Pamannya itu adalah seseorang yang mencintai dengan total, tapi cintanya itu seringkali buta. Dia mencintai adiknya, tapi membuat adiknya itu tidak bahagia. Dia mencintai istrinya, tapi cintanya itu membuatnya diperbudak.
----------
Yunho memandang Aeri melalui kaca. Gadis itu menemani seorang nenek yang sedang makan. Manula-manula di sana banyak yang bertingkah seperti anak kecil. Aeri nampak menemani nenek itu dengan penuh perhatian. Sesekali dia membuka mulutnya dan pura-pura ikut mengunyah bersama nenek itu. Yunho tersenyum.
"Mencari siapa nak?" seorang kakek menepuk bahu Yunho. Yunho terkejut.
"Saya...saya..." Yunho tergagap. kakek itu memandang ke dalam.
"Ah, pasti Aeri uisaengnim. Apa anda namja yang selalu dia ceritakan itu? Yang selalu mengajaknya ke mengunjungi bibinya di rumah rehabilitasi jiwa?""Aeri....bercerita tentang saya?""Ye. Ayo kita masuk. Aeri ssi pasti sangat senang.""Tapi...tapi saya...." Yunho mengikuti tarikan kakek itu ke pintu.
"Aeri ssi, yeobo-mu datang menjemput!" seru kakek itu. Yunho terbelalak, dengan panik dia memandang ke arah Aeri.
Aeri melihat Yunho. Mata mereka bertemu. Hanya dalam dua detik, Yunho melihat kaca di mata Aeri.
"Kenapa Hongjae ssi mengajak orang asing masuk? Suruh dia keluar." Aeri mengalihkan pandangan dari Yunho. Yunho merasa jantungnya seperti ditusuk.
"Aeri-ya..." suara Yunho penuh permohonan.
"Ka.""Aeri-ya..." Yunho menghampiri Aeri dengan tergesa. Dia berlutut di samping Aeri."Mianhaeyo. Jeongmal jeongmal mianhaeyo. Sarang...haeyo. Neomu saranghaeyo."
Aeri menghapus airmatanya. Ada sesuatu yang berdesakan di dalam hatinya. Rindu. Dia sangat merindukan Yunho.
"Berdirilah." suara Aeri bergetar.
Yunho bangkit. Dia menyodorkan kotak beludru berisi cincin pada Aeri. Aeri menatap kotak itu, lalu menampiknya kasar. Kotak itu jatuh di lantai.
"Aeri-ya...." kata Yunho terkejut.
"Aku tidak membutuhkan apapun darimu. Aku membutuhkanmu."Yunho tertegun, mencoba mencerna kata-kata itu. Matanya kemudian membesar.
"Majayo?"
"Ne, baboya!" tangis Aeri benar-benar tumpah.
Mata Yunho mendadak ikut berkaca. Dia mengulurkan tangan dengan ragu ke bahu Aeri, merangkulnya pelan. Aeri masih terisak."Uljima. Aku sudah berjanji pada Han Seungho ssi untuk tidak membuatmu menangis."Tangis Aeri semakin keras. Yunho tersenyum, menyeka airmata Aeri.
"Kajima. Jangan pernah pergi lagi, Aeri-ya."

**bersambung lagi**