Minggu, 01 April 2012

Saya Orang Paling Bodoh (Lebih dari Keledai!)

Orang bilang, keledai tidak akan terperosok lubang yang sama untuk kedua kalinya. Oleh karena itu, saya, orang yang melakukan kesalahan serupa dan sama persis lokasi serta suasananya, mungkin tepat sekali dikatakan bahwa saya lebih bodoh dari keledai yang katanya sudah bodoh itu.
Saya meninggalkan kartu ATM saya di dalam mesin ATM. Lagi. Di ATM FMIPA UGM. Lagi. Ketika saya ditunggu untuk melakukan sesuatu. Lagi. Di hari ketika besoknya bank tutup. Lagi. Sadar pada malam harinya. Lagi.
Adakah yang lebih bodoh daripada saya? Yang lebih hati-hati banyak...
Bedanya, saya langsung menelepon CS bank itu untuk memblokir kartu saya. Bukan menunggu hari Senin saat bank buka seperti beberapa bulan yang lalu. Oh, berarti saya sudah ada kemajuan. Walaupun buat nelepon itu saya harus mengorbankan deposit pulsa saya T^T

BBM (Boro Boro Mingkem)

Hidup di Indonesia, kita harus siap dengan keanehan-keanehan yang terjadi dari tingkat akar rumput hingga tingkat pencakar langit. Media-media di Indonesia, setelah berlindung dengan payung kebebasan pers, dengan bebas menciprat-cipratkan berita yang kadang entah benar-entah tidak, entah netral-entah tidak,  dan entah apa-entah tidak yang lain. Sesuatu yang dulu bahkan sudah biasa dilakukan, dishowoff sedemikian rupa hingga seakan-akan itu hal yang baru. Kebebasan pers. Bebas menulis. Bebas berbicara. Bebas menuduh. Bebas menguntit. Bebas memaksa. Bebas menyelinap. Pokoknya yang bebas-bebas aja deh!
Susahnya, kebebasan ini tidak diimbangi kesiapan masyarakat untuk menyikapi kebebasan yang terjadi di media massa. Zaman pak Harto, mana ada bincang-bincang ngalor ngidul sok pinter sok kritis seperti Apa Kabar Indonesia Malam yang memajang host tengil sok cantik sok pinter sok ngeyel itu, atau headline Media Indonesia yang sambil ngiklanin koran itu? Yang dibredel sih banyak... Tapi era kebebasan pers pun datang, dan sekarang orang-orang 'pinter' dan 'kritis' itu bergentayangan di layar kaca, bilang pak S itu beginu, pak B ini begiti, blablablabla. Dan yang di depan layar kata mengangguk-angguk, menggeleng-geleng, kemudian bingung.
Di Indonesia, pemirsa terbiasa 'ngowoh' sambil menyaksikan tabrakan maut di tugu tani, ferrarri dan operasi Malinda Dee, Aa' Gym menikah dengan teh Ninih lagi, Nazarudin berkoar dan Anas berkoar balik, Jupe putus dengan Gaston, Yusra kembaran sama Yumna, Putri yang ditukar-tukar, Tutur Tinular versi 2011 yang diputar tahun 2012, larva yang suka kentut, kartu seluler antigalau dan kursi anggota DPR yang satunya berharga 1 milyar. Pokoknya, selama televisi menyala, kita pasti akan ternganga dengan berita dan gosip dan sinetron (dan iklan) yang silih berganti menari-nari.
Belum sampai mingkem, berita bahwa harga BBM akan dinaikkan sontak membuat banyak mulut membuka lebih lebar. Demo dimana-mana. Dan kebanyakan mahasiswa. Entah mahasiswa kampus mana, disuruh siapa dan apa tujuan aslinya, tidak ada yang tahu. Mereka banyak yang merusak dan mengotori lokasi demo, fasilitas umum, hak orang lain, almamater dan nama baik mereka sendiri. Ada, saya tidak menafikan ada mahasiswa yang berdemo dengan segala pertimbangan matang dan tujuan bersih demi prinsip yang mereka pegang. Tapi yang seperti itu justru hanyalah oknum, karena sebagian besar mahasiswa yang demo adalah yang merusak dan mengotori segalanya tadi.
Di ruang sidang, perwakilan rakyat malah ikut bertingkah seperti mahasiswa di jalanan tadi. Mereka itu makhluk-makhluk tidak punya malu yang bahkan lebih tidak jelas lagi tujuan aslinya dan suruhan siapa. Lha, kalau memang tidak setuju, kenapa tidak dari dulu saat ide kenaikan BBM ini belum mencuat dan memicu konflik horisontal macam ini?? Semacam pahlawan kesiangan saja anggota dewan yang terhormat itu. Kemudian harga BBM tidak jadi naik. Kita menganga lagi, antara senang dan heran, kan sudah siap-siap anggaran ekstra buat bensin, tapi ternyata tidak jadi naik.
Satu hal yang benar-benar membuat saya ngowoh berkepanjangan adalah saat Indonesia ribut dengan kenaikan BBM, Super Junior malah akan menyelenggarakan konser SuperShow4 di Jakarta. Ketidakseimbangan inilah yang benar-benar membuat saya, Boro-Boro Mingkem, tapi tambah menganga  ditambah ckckckckckck panjang. Betapa Indonesia menjadi negeri yang sangat ironis. Harga BBM naik 1500, ributnya tidak karuan, tapi beli tiket konser Katy Perry, Super Junior, Lady Gaga, yang tiket paling murahnya rata-rata 500.000, mereka ikhlas-ikhlas saja. Astaga, hidup di Indonesia itu benar-benar, Boro-Boro Mingkem.