UIN Sunan Kalijaga merupakan salah
satu universitas yang memiliki label Islam pada namanya. Labelan Islam tersebut
tentu saja mencirikan kultur Islami yang seharusnya kental di setiap aktivitas
universitas tersebut. Hal tersebut menimbulkan ketertarikan untuk melihat
sendiri bagaimana masjid kampus UIN Yogyakarta dan aktivitas di dalamnya.
Hal lain yang langsung menarik
perhatian juga adalah di masjid Sunan Kalijaga tidak ditemukan kubah seperti
lazimnya masjid-masjid yang lain, tetapi dijumpai bentukan balok / kubus
bersusun-susun pada atap maupun menaranya. Dalam situs resminya (http://laboratoriumagama.blogspot.com) disebutkan bahwa arsitektur masjid mengandung unsur friendly,
local context, modernity dan Islamic. Warna-warna silver
mencerminkan modernitas, namun beberapa bentuk seperti pintu masuk masjid dan
bentuk atap serta menara tadi menggambarkan corak budaya Jawa yang khas. Masjid
utamanya berada di tengah, dikelilingi oleh koridor-koridor yang luas dan
bersih. Alas kaki harus dilepas sebelum memasuki koridor tersebut. Ada pula
orang yang sholat di koridor tersebut, karena memang lantainya cukup bersih.
Masjid utamanya luas. Di bagian dalam masjid pada tembok bagian barat, yaitu di
arah kiblat, dicat sedemikian rupa seperti Ka’bah, lengkap dengan kaligrafi
yang ada pada kiswahnya, sehingga apabila sholat maka seakan-akan sedang
menghadap Ka’bah. Tempat sholat wanita berada di lantai dua, di sana juga
terdapat kaligrafi yang menghiasi tiang-tiangnya. Lantainya bersih mengkilat,
tidak berdebu. Dilarang makan di dalam masjid. Saat itu, di dalam masjid utama
tidak begitu banyak orang, sedangkan di koridor banyak mahasiswa yang rapat
atau sekedar beristirahat.
Koridor Masjid Sunan Kalijaga saat
itu digunakan untuk pameran foto bertemakan “Masjid di Jerman”, memajang
foto-foto karya Wilfried Dechau yang menjelajahi Jerman pada Maret – April 2008
untuk mengabadikan tempat-tempat ibadah umat Islam dalam konteks Jerman. Foto-fotonya
cukup menarik. Masjid di Jerman sebagian besar berarsitektur Turki, karena
memang agama Islam yang masuk ke Jerman dibawa oleh pendatang dari Turki.
Sebagian lagi memanfaatkan bangunan yang sudah ada sebagai masjid / mushola,
sehingga dari luar tidak nampak seperti rumah ibadah. Pameran tersebut diadakan
dalam rangka JERIN, yaitu rangkaian acara kerjasama Jerman – Indonesia yang
mencakup budaya, bisnis, ilmu pengetahuan, pendidikan, politik hingga
lingkungan hidup. Namun sepertinya tidak banyak yang secara khusus mengunjungi
pameran foto tersebut, karena yang berada di sepanjang koridor adalah
mahasiswa-mahasiswa UIN yang memiliki kegiatan sendiri-sendiri seperti rapat,
kerja kelompok dan beristirahat.
Masjid Sunan Kalijaga memiliki
kekhasan dalam arsitekturnya maupun perannya sebagai Laboratorium Agama. Secara
konsepsional, masjid ini bersandar pada 3 nilai esensi Islam, yaitu hablumminAllah
(tempat beribadah dan mengkaji ajaran Islam), hablumminannas (tempat
bersosialisasi warga kampus dan beraktivitas yang meberikan kemaslahatan) dan hablummin’alamin
(area masjid merupakan ruang terbuka hijau). Masjid ini juga sekaligus
dirancang sebagai bait al-hikmah yang mudah diakses semua orang tanpa
kecuali.
Bahan
bacaan :
Jaziela
Muslihatunnisa
10/301457/GE/6864
Tidak ada komentar:
Posting Komentar